BIDANG MILITER
Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan
kekuasaan antara putera-puteranya yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani
mundur. Akan tetapi, meskipun terus mengalami kemunduran, kerajaan ini
untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara yang kuat,
terutama dalam bidang militer dan kerajaan ini masih bertahan lima abad
lagi setelah itu.
Bidang Militer
Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah
orang-orang yang kuat sehingga dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan
luas. Kemajuan kerajaan Usmani tidak semata mata karena keunggulan
politik para pemimpinnya. Faktor-faktor tersebut adalah keberanian,
keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur
kapan dan dimana saja.
Strategi yang dilakukan diantaranya adalah:
- Kekuatan militer diorganisasi dengan baik dan teratur. Untuk pertama kali dilakukan ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa yang mencapai kemenangan. Ekspansi kerajaan ini pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke Eropa Timuryang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama islam.
- Mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer. Hal ini dilakukan Orkhan ketika kesadaran prajuritnya menurun.
- Pembaharuan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan tidak hanya dalam bentuk mutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota, anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan Inkisyariah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Gerrgia dan Armenia yang baru masuk islam.[3] Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim.[4]
- Disamping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feudalyang dikirim kepada pemerintah pusat yaitu kelompok militer Thaujiah. Kelompok ini mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan Tuki Usmani terutama dalam pembenahan Angkatan laut. Sehingga pada abad ke-16 angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya.
- Tabiat bangsa turki yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan yang diwarisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah menyebabkan fokus kegiatan mereka juga lebih menonjol dalam bidang milite
- pasukan Turki terus diperbesar dengan merekrut pendatang-pendatang baru orang-orang Turkmen dari timur, yang ingin menjadi ghazi atau prajurit iman melawan orang Kristen, dan dari ghazi-ghazi inilah dinasti Usmnaniyyah mendapatkan tradisi militer dan semangat yang member jalan baginya untuk berkembang dan maju dan akhirnya mencaplok semua kesultanan Turki lainnya yang lebih statis.
Perluasan Wilayah
Untuk
sekitar 2/3 abad setelah didirikan di Anatolia pada tahun 1300 dengan
mengorbankan kekaisaran Byzantium, dan dididrikan di atas reruntuhan
kerajaan Saljuk, kerajaan Turki utsmani hanyalah sebuah emirat di
perbatasan. Ibu kota negara ini pertamakali didirikan pada 1326, adalah
Brusa (Bursa)
Pada
masa pemerintahan Orkhan (726 H/1326 M – 761 H/1359 M) Kerajaan Turki
Usmani dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330
M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M). daerah
ini merupakan bagian dari benua Eropa yang pertamakali diduduki Kerajaan
Usmani.
Pada
masa pemerintahan Murad I (761 H/1359 M – 789 H/1389 M), selain
memantapkan keamanan negara, ia juga memperluas daerah kekuasaan dengan
menaklukan Adrianopel yang selanjutnya dijadikan sebagai ibu kota
kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara
wilayah Yunani. Karena merasa cemas terhadap kemajuan kerajaan Usmani
ini, Paus kemudian mengobarkan semangat perang. Untuk memukul mundur
pasukan Turki pasukan sekutu Eropa di bawah pimpinan Sijisman, raja
Hongaria diperintahkan menyerang Turki Usmani, namun Sultan Bayazid I
(1389 – 1403 M), pengganti Murad I dapat menghancurkan pasukan sekutu
Kristen itu.
Ekspansi
kerajaan Turki usmani ini sempat terhenti beberapa lama, ketika
ekspansi diarahkan ke Konstatinopel, tentara Mongol di bawah pimpinan
Timur Lenk menyerang Asia Kecil, pertempuran hebat itu tejadi di Ankara
tahun 1402 M yang mengakibatkan kalahnya tentara Turki usmani. Sultan
Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun
1403 M.
Akibat
kekalahan itu, penguasa-penguasa Seljuk di Asia Kecil melepaskan diri
dari gengamana Turki usmani. Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga
memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu putera-putera Bayazid
saling berebut kekuasaan. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan
Muhammad I (1403 – 1421 M) dapat mengatasinya. Ia berusaha keras
menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti
sediakala.
Setelah
Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M, kesultanan Mongol dipecah dan
dibagi-bagi kepada putera-puteranya yang satu sama lain saling
berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki usmani untuk
lepas dari kekuasaan Mongol. Namun pada saat seperti itu juga terjadi
perselisihan antara putera-putera bayazid (Muhamamd, Isa dan Sulaiman)
selama 10 tahun, yang pada akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan
saudara-saudaranya. Usaha yang ia lakukan pertama kali adalah mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar kemananan dalam negeri.
Usahanya ini kemudian dilanjutkan oleh Murad II (1421 – 1451 M),
sehingga Turki usmani mencapai puncak kemajuannya di masa Muhammad II
yang disebut Muhammad al-Fatih (1451 – 1484 M).[13]
Pada tahun 1453 ia menaklukan Bizantium dan Konstatinopel yang secara
formal mengantarkan negara ini pada satu era baru yaitu era kerajaan.
Raksasa baru ini mengangkang di Bosparus, satu kakinya di asia dan kaki
lainnya di Eropa.
Dengan
takluknya Konstatinopel sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan
Bizantium, maka semakin mudahlah arus ekspansi Turki usmani ke Benua
Eropa. Namun ketika Sultan Salim I (1512 – 1520 M) berkuasa, ia
mengalihkan perhatian ke arah Timur dengan menaklukkan Persia, Syria dan
Dinasti Mamalik di Mesir. Usahanya ini kemudian dikembangkan oleh
Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566 M). Sulaiman berhasil menundukkan
Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest, dan Yaman. Demikianlah
luas wilayah kerajaan Turki Usmani pada masa Sultan Sulaiman ini
mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia;
Mesir, Libia, Tunis, dan Al-Jazair di Afrika; Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Setelah
Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara
putera-puteranya, yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur. Akan
tetapi, walaupun terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa
beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dala
bidang militer, kerajaan ini memang masih bertahan 5 abad lagi setelah
itu.
Lima faktor yang menyebabkan kesuiksesan Dinasti Usmani dalam perluasan wilayah Islam, diantaranya:
a) Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ghonimah (harta rampasan perang).
b) sifat dan karakter orang Turi yang selalu ingin m,aju da
tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana, sehingga
memudahkan untuk tujuan penyerangan.
c) semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
d) Letak Istanbul yang sangat strategis sebagai ibu kota kerajaan
jugasangat menunjang kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia.
e) Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani menglahkannya.
Apa saja rujukan bukunya ustadz
BalasHapus