BIDANG EKONOMI



Perkembangan Perekonomian Utsmani
           Sejarah perekonomian Utsmani dibagi ke dalam dua periode. Pertama, Periode klasik yang mana berbasis kepada pertanian, khilafah Utsmani memberikan keleluasaan kepada setiap wilayah untuk mengembangkan potensi pertaniannya. Kedua, era reformasi yaitu era perbaikan pengaturan sistem pemerintahan, terdiri atas perbaikan sistem administrasi publik dan perubahan sistem politik pada masa itu dari tangan militer kepada publik, tujuannya untuk memberikan fungsi layanan publik yang lebih  baik.
           Pada periode reformasi birokrasi dan sistem administrasi yang dilakukan oleh  pemerintah pusat Utsmani kepada provinsi-provinsi, kita bisa melihat itu justru menjadi salah satu sebab kehancuran utsmani (the fall of the ottoman empire). Hal ini dipertegas dengan tulisan El-Ashker  
maladministrationdi wilayah Syiria dan Mesir menjadi contohnya. Hal ini terjadi terlalu seringnya terjadi pergantian pasha (raja muda) di kedua wilayah ini, rata-rata masa jabatannya hanya kurang dari dua tahun. Pada periode 1517-1697 ada 133  pasha yang bergiliran memimpin Damaskus. Begitpun yang terjadi di wilayah Mesir selama kurun waktu 280 tahun Utsmani memerintah di Mesir, ada hampir 100 pashayang memimpin kantor pemerintahan.
          Sumber pendapatan Utsmani banyak diperoleh dari perluasan wilayah (ekspansi militer) serta dari sektor fiskal, yaitu pajak. Pendapatan negara juga banyak mengandalkan sektor pertanian.Khilafah Utsmani belum banyak mengandalkan  pendapatan negara dari industri manufaktur serta perdagangan. Berbanding terbalik dengan bangsa Eropa yang sudah mengandalkan perdagangan dan Industri sebagai sumber utama pendapatan, kaum merkantilis Eropa semakin giat mengembangkan industri mereka dan perluasan wilayah untuk menunjang industri sedangkan Utsmani wilayah kekuasaanya semakin berkurang dan pengelolaan lahan pertaniannya masih dikelola dengan cara-cara yang konservatif.

Kekuatan Ekonomi Khilafah Utsmani
           Sebagai sebuah negara besar pada eranya, Khilafah Utsmani mempunyai banyak  potensi-potensi yang menjadi penunjang pendapatan negara dan kekuatan militernya. Semua sumber daya ekonomi terdapat di wilayah Utsmani, berikut ini adalah berbagai kekuatan ekonomi di wilayah Turki:  
A.Daratan
           Di Anatolia, Khilafah Utsmani diwarisi sebuah jalur Caravanserai dari  pendahulu mereka yaitu Selçuk Turks. Jalur ini menjadi semacam keuntungan bagi Utsmani, karena akan menjamin keamanan pengantaran barang dan rombongan karapan dagang dengan di sediakannya penginapan bagi para pedagang serta hewan-hewan tunggangannya di wilayah Jalur Caravanserai. Jalur Caravanserai ini berada di sepanjang wilayah Balkan.
B.Laut
           Dibawah Sultan Bayazid II, Utsmani mempunyai kekuatan angkatan laut yang kuat. Angkatan laut ditugaskan untuk memberangus para perompak dan melindungi kapal dagang. Secara diplomatik, dengan kekuatan angkatan militer yang kuat lebih lanjut akan menguntungkan, membuat rasa aman masyarakat di wilayah pesisir Utsmani serta kekuatan untuk terus melakukan ekspansi wilayah. Untuk mempertahankan hagemoni Utsmani di laut timur Mediterania, pengembangan akademi angkatan laut terus digalakan. Tujuannya untuk membantu dan mengawasi hubungan dagang antara khilafah Utsmani dengan Venice. Jalur perdagangan yang ada di bawah komando Utsmani ada beberapa wilayah, yaitu Aegean dan Laut Timur Mediterania (komoditas perdagangan di wilayah ini yaitu gandum), kemudian antara Laut Merah dengan Teluk Persia (komoditas perdagangan utamanya yaitu rempah-rempah), Laut Hitam dan Laut Barat Mediterania (komoditasnya yaitu gandum dan kayu).
C.Pertanian
             Khilfah Utsmani adalah negara pertanian (agrikultur) karena mempunyai lahan yang subur. Rata-rata sumber penghasilan warganya berasal dari usaha keluarga  berskala kecil di bidang pertanian dan pajak sektor pertanian ini berkontribusi 40% bagi sumber pendapatan pajak negara.Ada beberapa faktor peningkatan produktivitas sektor  pertanian Utsmani, seperti perbaikan irigasi, pemberian subsidi, serta peningkatan  peralatan pertanian yang modern yang dilakukan pada abad 19 M. Daerah-daerah yang menjadi sumber pertanian Utsmani yaitu daerah-daerah pegunungan, seperti di Anatolia, salah satu wilayah di provinsi Syiria. Kebijakan politik pemerintah pusat Utsmani, sekali lagi menjadi kemunduran  pertanian Utsmani. Wewenang pejabat-pejabat di daerah terlalu besar, akibatnya untuk menekan pajak yang besar banyak para petani memberikan suap kepada para pejabat untuk mengatur pajak mereka

Intelektual dan Ekonom Muslim Pada Periode Khilafah Utsmani
             Dibandingkan pranata dari berbagai aspek lain, seperti arsitektur, karya seni, dan organisasi militer, perhatian terhadap pranata ekonomi Ottoman amatlah kurang. Sehingga sulit ditemukan pemikir-pemikir besar seperti Ibnu Khaldun (1332-1404), kemudian setelahnya Al-Maqrizi (1364-1441).
 Berikut ini ada beberapa pemikir dalam masa Utsmani dengan pemikirannya memiliki pemikiran ekonomi:  
            ·         Hajji Khalifah
                  Bangsa Turki mengenalnya dengan Katib Chelebi. Pada tahun 1630 M, bersama Kocu Bey sekitar tahun 1653 M, menulis tentang fenomena ekonomi Utsmani dalam  perdagangan internasional serta ekonomi domestik. Ahli sejarah pada masa ini lebih cenderung menghindari pembahasan tentang ekonomi.
·         Cemal Kafadar
                  Salah seorang pemikir Utsmani yang cenderung pada pemikiran ekonomi ialah Cemal Kafadar,walaupun Kafadar tidak sehebat Ibnu Khaldun ataupun al-Marqiz yang
hidup pada penghujung abad ke-16. Kafadar mengkritik kebijakan menurunkan nilai
(debasement)terhadap mata uang logam yang diterapkan oleh pemerintah pusat Utsmani untuk mengatasi inflasi.
·         Mustafa Ali
                  Nama lain yang juga cukup berpengaruh dalam bidang ekonomi Utsmaniyah ialah Mustafa Ali (1541-1600 M). Ali juga mengkritik kebijakan ekonomi  pemerintahan pusat Utsmani yang terlalu bergantung pada jumlah perputaran uang  beredar dalam mengendalikan inflasi, melalui pemikiran politik, sosial dan analisis sejarah.
                Sedikitnya pemikir-pemikir besar pada masa Utsmani ini, ada beberapa hal yang menjadi mundurnya peradaban pemikiran kaum Muslim ini. El-Ashker menyatakan bahwa dihapuskannya bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara. Kemampuan bahasa Arab merupakan pintu bagi seorang muslim untuk berijtihad terhadap masalah Islam kontemporer dengan penggalian hukum dari Al-Quran, Sunnah, dan Ijma Sahabat. Kemudian kemunduran kaum muslim Utsmani juga dipengaruhi  penetrasi pemikiran Barat ke dalam tubuh kaum muslim serta masuknya misionaris Kristen ke wilayah Utsmani, pejabat sekuler Utsmani mulai mengganti perundangan-undangan Utsmani dengan perundangan-undangan Barat.

Analisis Kemunduran Perekonomian Khilafah Utsmani
                Separuh dari wilayah Daulah Utsmaniyah adalah wilayah Eropa. Maka tidaklah mengherankan kondisi utsmani sedikit banyaknya terpengaruh Eropa. Pada masa  pemerintahan Sultan Sulaiman Agung (1520-1566 M) terjadi keseimbangan kekuatan antara Utsmaniyah dengan kekuatan Eropa. Terbukti dengan dikuasainya sebagian wilayah Eropa sampai dengan Benteng Wina di Austria. Namun benteng Wina ini merupakan wilayah di sebelah Barat yang terakhir di kuasai Utsmani.
               Di provinsi-provinsi, di belahan Asia maupun Eropa, pada abad ke-18  bermunculah kaum ayan(orang berpengaruh). Mereka adalah orang-orang berpengaruh dengan suku bangsa yang beragam. Sebagian dari mereka adalah gubernur di wilayah Utsmani yang telah membangun suatu basis kekuatan lokal, sebagian lagi adalah para saudagar kaya atau para bankir, pemilik tanah serta para pemuka agama.
 Mereka menguasai berbagai basis strategis di semua bidang politik dan ekonomi serta kekuatan uang yang memaksa pemerintah pusat Utsmani mengakui mereka sebagai perantara antara pemerintah dan penduduk provinsi-provinsi. Pada paruh abad ke-18, pemerintah  pusat Utsmani menjadi amat bergantung pada kaum ayanbaik dalam hal kekuatan militer maupun dalam pengumpulan pajak (banyak ayan yang memegang jabatan resmi sebagai pengumpul pajak).
            Kedudukan serta pengaruh yang besar dari keluarga ayan, seperti „Azm di Hamah dan Damaskus, Hasan Pasha dan anaknya Ahmet Pasha di Baghdad, Ahmet Cezar Pasha dari Akka, dan Karaosmanoglu di Anatolia Barat, mereka diberikan otonomi yang luas bahkan mereka diberikan keleluasaan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan luar negeri, tanpa harus seijin Khilafah Utsmani, seperti yang dilakukan oleh Ali Pasha dari Yannina (wilayah Albania dan Yunani).
             Zurcher  menyatakan bahwa secara ekonomis, bahwa bentuk atau sistem ekonomi Utsmani adalah prakapitalis. Dilihat dari kebijakan-kebijakan ekonomi mereka, mereka menghidupi rakyatnya dari pajak, baru setelah kerajaan ini berada pada  jurang kehancuran sajalah pemerintah Utsmani mulai mengembangkan kebijakan-kebijakan perdagangan, dengan kebijakan proteksi perdagangan dan menstimulasi sektor-sektor perekonomian tertentu.
             Pada fasekerajaan Utsmani berada dalam masa keruntuhan termasuk didalamnya kemunduran di bidang Ekonomi. Selain faktor keberadaan kaum Ayanyang dijelaskan dalam paragrap sebelumya, ada beberapa analisis yang menjadi faktor penyumbang kemunduran ekonomi Utsmani antara lain:
i.                    Pertambahan jumlah penduduk. Peningkatan daerah yang berhasil ditaklukan Utsmani, secara tidak langsung juga mempengaruhi struktur ekonomi dan keuangan daulah Utsmani. Pertambahan jumlah penduduk Utsmani meningkat dua kali lipat semenjak abad 16 M.
ii.                  Semenjak bangsa Portugis menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung Pengharapan sehingga semua hubungan perdagangan antara Timur dan Barat dipindahkan melalui jalur itu tidak melewati lagi wilayah Utsmani. Perpindahan  jalur perdagangan ini berakibat segala bea cukai yang semula lewat Laut Tengah dan menjadi monopoli Daulah Utsmaniyah, tidak dapat diambil lagi. Padahal itu merupakan salah sumber pemasukan bagi Daulah Utsmani bagi pembiayaan  perekonomian.
iii.                Kekalahan perang Daulah Utsmani dimulai dari dikalahkannya tentara Utsmani di  benteng Wina pada tahun 1683. Kekalahan itu terus bertambah sehingga pada  perjanjian Carlowiz yang ditandatangani tahun 1699 daulah Utsmani harus menyerahkan Hongaria kepada Austria, daerah Podolia kepada Polandia dan Arov kepada Rusia

iv.                    Faktor lain yang menjadi salah satu faktor kehancuran ekonomi Utsmani ialah salah urus dalam pengelolaan administrasi di beberapa Provinsi (wilayah kekuasaan) Utsmani yaitu di daerah Syiria dan Mesir.

Komentar

  1. thanks it's so helpfull,,
    please your permission for sharing...
    oke
    :)

    BalasHapus
  2. thanks it's so helpfull,,
    please your permission for sharing...
    oke
    :)

    BalasHapus
  3. Referensi dari buku mana? Boleh tau?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KERAJAAN TURKI

SULTAN MURAD I